Kamis, 20 Oktober 2016


Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai[1]. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lamang (lemang), salah satu makanan tradisional Minangkabau. dalam mebuat saluang ini kita harus menentukan bagian atas dan bawahnya terlebih dahulu untuk menentukan pembuatan lubang, kalau saluang terbuat dari bambu, bagian atas saluang merupakan bagian bawah ruas bambu. pada bagian atas saluang diserut untu dibuat meruncing sekitar 45 derajat sesuai ketebalan bambu. untuk membuat 4 lubang pada alat musik tradisional
saluang ini mulai dari ukuran 2/3 dari panjang bambu, yang diukur dari bagian atas, dan untuk lubang kedua dan seterusnya berjarak setengah lingkaran bambu. untuk besar lubang agar menghasilkan suara yang bagus, haruslah bulat dengan garis tengah 0,5 cm.
Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok(menyisihkan napas).
Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
·                     Nilai Kemanusian

 yang terkandung dalam film ini adalah interaksi peniup saluang danmasyarakat lain, interaksi antar peniup saluang, serta berinteraksi mengungkapkan cinta kasih,kerinduan, dan duka cita lewat dendang saluang yang mengalun begitu menyayat hati.

Sumber :


Selasa, 18 Oktober 2016

GANDRUNG


Gandrung, merupakan suatu seni tari daerah yang berasal dari Banyuwangi . Kata "Gandrung" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.
Kali ini tugas mengenai “gandrung” bertemakan manusia dan cinta kasih. Kesenian gandrung Banyuwangi muncul bersamaan dengan dibukanya hutan “Tirtagondo” (Tirta arum) untuk membangun ibu kota Balambangan pengganti Pangpang (Ulu Pangpang) atas prakarsa Mas Alit yang dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang Demikian antara lain yang diceritakan oleh para sesepuh Banyuwangi tempo dulu. Mengenai asalnya kesenian gandrung Joh Scholte dalam makalahnya antara lain menulis sebagai berikut: Asalnya lelaki jejaka itu keliling ke desa-desa bersama pemain musik yang memainkan kendang dan terbang dan sebagai penghargaan mereka diberi hadiah berupa beras yang mereka membawanya di dalam sebuah kantong. (Gandroeng Van Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”). Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.


Dalam pementasan tari gandrung memiliki ciri khas dalam berbusana dan property yang didominasi warna mera dan kuning mas dan warna hitam yang kontras. Bagian – bagian penghiasan tari Gandrung antara lain :

1.      Bagian Tubuh
2.      Bagian Kepala
3.      Bagian Bawah
4.      Lain – lain
Diantara kesenian khas Jawa Timur ada satu lagi tari tradisional yang penuh nuansa mistis. Ternyata tidak cuma Reog Ponorogo yang dalam pagelarannya harus menggerahkan kekuatan gaib. Termasuk tarian Gandrung asal Banyuwangi. Konon para penarinya terikat oleh aturan magis. Ada beberapa persyaratan khusus bagi seorang penari gandrung sebelum naik ke pentas. Pertama, adalah dalam soal merias, sang penari harus melakukannya sendiri tanpa bantuan petugas rias. Karena itu sebagai syarat utama seorang penari Gandrung yang sudah profesional, dia harus bisa menata diri sendiri, terutama memoles wajah agar dapat tampil sedemikian menarik.

- Properti yang digunakan antara lain :
a.) Geter
b.) Omprog
c.) Ikat bahu, gelang
d.) Ilat – ilat
e.) Kepet
f.)  Pending
g.) Otok/kemben
h.) Renggoan werna-werna
i.) Sembongan
j.) Lakaran
k.) Sampur
l.) Lakaran batik gajah uling
m.) kaos kaki
n ) Kipas

Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di BaIi, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan). Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju".
Film tarian Gandrung bertemakan manusia dan cinta kasih, jadi kita belajar dari sejarah tarian Gandrung ini mereka sangat menghormati pendahulu yang telah memperkenalkan tarian tersebut hingga turun temurun masih di perbudayakan.

Sumber:
3.      http://jawatimuran.wordpress.com/2013/01/25/tari-gandrung-banyuwangi/

4.      http://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi

REOG PONOROGO



Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Ponorogo dan Jawa Timur bagian Barat Laut . Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Sejarah kesenian reog berasal dari cerita rakyat. Ada lima versi cerita yang berkembang namun yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu. Diceritakan bahwa Ki Ageng Kutu yang merupakan seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabumi pada abad ke-15. Ia melakukan pemberontakan karena murka akan pemerintahan raja yang korup dan terpengaruh kuat dari istri raja majapahit yang berasal dari cina.  Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan bela diri. Namun sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan, maka ia membuat pertunjukan seni Reog yang merupakan sindiran kepada raja Kertabumi dan kerajaannya. Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya.
Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.





Tokoh-tokoh dalam seni Reog

Jathil
Jathil adalah gambaran dari prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog.

Warok Ponorogo
"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.

Barongan (Dadak merak)
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog.  Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.

Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut.

Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.


·         Film Reog Ponorogo ini bertemakan Kesedihan
Sumber :



Sabtu, 08 Oktober 2016

Musibah Garut

BANJIR GARUT


Jakarta,
            Telah terjadi banjir bandang pada tanggal 20 september 2016 di wilayah Garut,Jawa Barat . Banjir bandang Di Garut ini terjadi pada dini hari waktu setempat , Banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan disebabkan oleh tanggul yang jebol setinggi 250m . Banjir menyebabkan kerusakan material seperti Rumah , sawah ,sekolah ,,kendaraan serta merenggut puluhan Nyawa masyarakat dan ratusan korban sekitar.

       Namun sampai hari ini masih ada jasad yang belum ditemukan oleh TIM SAR. Guna mempercepat pencarian korban yang masih hilang, Letkol Arm Setyo Hani Susanto mengatakan untuk mengoptimalkan proses pencarian, pihaknya membutuhkan beberapa peralatan canggih seperti drone dan backhoe terapung. “Sudah saya sampaikan kemarin kepada Kepala BNPB (Willem), akan diusahakan drone hari ini sudah ada dan backhoe terapung secepatnya," kata Setyo di Makodim 0611, Jalan Veteran, Garut, Jabar.

            Korban bencana Garut ini masih diungsikan ke daratan yang lebih tinggi dan posko-posko setempat. Pemerintah kota Garut memberikan bantuan berupa sandang , papan dan pangan . Masyarakat yang tergabung dalam proses evakuasi dan tidak tergabung langsung juga ikut menyumbangkan sesuatu seperti pakaian , makanan dan sumbangan uang. Tetapi korban bencana tersebut masih kekurangan bantuan berupa air bersih. Disana juga terdapat balita yang membutuhkan popok serta baju ganti. Namun ada penampakan yang bisa dibilang sangat memprihatinkan karena ada beberapa warga yang sempat “memomenkan” kejadian tersebut dengan cara berselfie. Kejadian ini membuat para donatur dan relawan pun sangat kecewa apalagi mereka berfoto latar belakang banjir dan sambil tertawa-tawa padahal disana banyak korban yang sedang berduka.