BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Kewirausahaan (entrepreneurship)
merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang
sedang membangun. Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat
ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari kelompok wirausahawan
(Rachbini,2002:xiv). Menurut Rachbini (2002), kelompok wirausahawan selalu
mempunyai peranan krusial, baik sebagai gap filler (pihak yang mengisi
jarak / kesenjangan antara peluang potensial dengan kenyataan yang ada)
maupun sebagai input completer (pihak yang melengkapi faktor – faktor produksi
dalam menghasilkan output berupa barang dan jasa). Peranan itu berarti
mendinamisasikan perekonomian atau bahkan menjadi penopang yang menahan
gerak perekonomian pada masa resesi. Peranan krusial ini ada pada masa pasang
maupun masa surut dari suatu sistem perekonomian bangsa. Jadi, peran
penting dari para wirausahawan tersebut tidak terbantahkan.
Seorang wirausahawan adalah seorang
yang memiliki keahlian untuk menjual, mulai dari menawarkan ide hingga
komoditas baik berupa produk atau jasa. Dengan kreativitasnya,
wirausahawan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dan kondisi
lingkungan. Sebagai pelaku bisnis, wirausahawan harus mengetahui dengan
baik manajemen penjualan, gaya dan fungsi manajemen. Untuk berhasil, ia
harus mampu berkomunikasi dan menguasai beberapa elemen kecakapan
manajerial, serta mengetahui teknik menjual yang strategis mulai dari pengetahuan
tentang produk, ciri khas produk dan daya saing produk terhadap produk
sejenis
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Tujuan Instruksi Khusus
mata kuliah Kewirausahaan, masalah yang dibahas adalah mengenai dasar-dasar
kewirausahaan, kreativitas, dan inovasi. Dengan pokok bahasan lebih spesifik
yaitu:
a) Siapakah
wirausaha
b) Manfaat
wirausaha
c) Potensi
& kelemahan wirausaha
d) Kekuatan usaha
kecil
e) Kesalahan
wirausaha
f)
Kreativitas, inovasi wirausaha
g) Halangan
kreativitas
h) Cara meningkatkan
kreatifitas
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini di bagi menjadi
2 yaitu, tujuan umum dan khusus:
1.3.1.
Tujuan Umum
a)
Menjelaskan dasaar-dasar kewirausahaan
b) Menjelaskan
makna inovasi dan kreativitas serta cara memperoleh atau meningkatkannya
c)
Diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca makalah
1.3.2 Tujuan Khusus
Memenuhi tugas mata kuliah
Kewirausahaan sesuai silabus BAB I : “Dasar-dasar Kewirausahaan”
1.4.
Manfaat Penulisan
a) Sebagai
bahan pelajaran bagi mahasiswa.
b) Sebagai wacana
awal bagi penyusunan karya tulis selanjutnya.
c) Sebagai
literatur untuk lebih memahami dasar-dasar kewirausahaan
1.5.
Metodologi Penelitian
Dalam penulisan Karya Tulis ini,
metodologi penelitian yang digunakan adalah :
a) Studi
pustaka yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku yang berkaitan dengan
penulisan karya tulis ini
b) Penjelajahan
internet yaitu dengan mencari beberapa informasi di mesin pencari yang tidak
penulis tidak dapatkan dari buku-buku
BAB II
PEMBAHASAN
Dewasa ini, kewirausahaan masih
menjadi minat sebagai karir tetap diantara orang-orang diseluruh kelompok umur.
Semangat dalam meluncurkan bisnis merupakan perkembanganekonomi yang paling
penting dan mereka berperan penting dalam vitalitas perekonomianglobal.
Khususnya bagi mereka para pengusaha kecil, karena mereka dengan kekuatan
yangmenakjubkan, mereka telah menghasilkan produk dan jasa yang inovatif,
menghilangkan batasteknologi, menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru, membuka
pasar luar negeri dan memberikanpeluang kepada para usahawan untuk melakukan
apa yang paling mereka nikmati. Parapengusaha kecil dapat bersaing dengan mudah
dengan perusahaan besar.“Karena pada waktuperusahaan besar masih mempelajari
resiko-resiko yang akan terjadi, para pengusaha kecilatau wirausahawan sudah
mengubah dunia” seperti yang dikatakan oleh Howard Stevenson,Professor
kewirausahaan dari Harvard.
Siapakah wirausaha
Seseorang yang menciptakan bisnis
baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demimencapai keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikandan
menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber daya
itubisa dikapitalisasikan.
Profil Wirausahaan
1. Hasrat akan tanggung jawab.
Para wirausahaan merasakan tanggung
jawab pribadi yang amat dalam terhadap hasil atasusaha yang telah mereka mulai.
Mereka lebih memilih dapat mengendalikan sumber-sumberdaya mereka untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditepkan sendiri.
2. Lebih menyukai resiko menengah.
Para wirausahawan bukanlah
orang-orang yang mengambil resiko secara membabi buta,melainkan orang yang
mengambil resiko yang diperhitungkan. Kewirausahaan tidak samaseperti melempar
anak panah dan berharap untuk mendapatkan yang terbaik. Kewirausahaanmenyangkut
perencanaan dan pengambilan resiko yang telah diperhitungkan
berdasarkanpengetahuan mengenai pasar, ketersediaan sumber daya atau produk,
dan tindakan terencanayang berpotensi akan berhasil. Dengan kata lain,
wirausahawan yang sukses bukanlahperngambil resiko, tetapi lebih sebagai
penghapus risiko, membuang sebanyak mungkinhalangan terhadap keberhasilan
peluncuran perusahaan mereka. Salah satu cara terbaik untukmenghapus resiko
adalah dengan menyusun perencanaan bisnis yang kokoh untuk usaha.
3. Meyakini kemampuannya untuk
sukses.
Para wirausahawan pada umumnya
sangat yakin terhadap kemampuan mereka untuk sukses.Mereka cenderung optimis
terhadap peluang kesuksesan. Dalam jajak pendapat mengenaibisnis kecil
baru-baru ini, NBIF menemukan bahwa pemilik bisnis menilai
keberhasilanperusahaan mereka secara cukup tinggi. Tingkat optimisme yang
tinggi kiranya dapatmenjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang berhasil
pernah gagal, sering lebih darisekali, sebelum akhirnya berhasil.
4. Hasrat untuk mendapatkan umpan
balik yang sifatnya segera.
Wirausahawan menikmati tantangan
dalam menjalankan perusahaan dan mereka inginmengetahui sebaik apa mereka
bekerja dan terus menerus mencari umpan balik.
5. Tingkat energi yang tinggi.
Wirausahawan lebih energik
dibandingkan orang kebanyakan. Energi ini merupakan faktorpenentu mengingat
luar biasanya upaya yang diperlukan untuk mendirikan perusahaan. Kerjakeras
dalam waktu lama merupakan keharusan bukan selingan, dan hal itu dapat
meletihkan.
6. Orientasi masa depan.
Wirasahawan memiliki indera yang
kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dantidak bisa begitu
mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan lebihmempersoalkan
apa yang akan dikerjaan besok. Tidak puas hanya dengan duduk danbersenang-senang
dalam keberhasilannya, wirausahawan sejati tetap berfokus pada masadepan.
7. Keterampilan mengorganisasi.
Membangun perusahaan “dari nol”
ibarat menyusun puzzle raksasa . Wirausahawanmengetahui cara mengumpulkan
orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan tugas.Penggabungan orang dan
pekerjaan secara efektif memungkinkan wirausahawan untukmengubah pandangan ke
depan menjadi kenyataan.
8. Menilai prestasi lebih tinggi
daripada uang.
Salah satu kesalahan konsep yang
paling umum mengenai wirausahawan adalah anggapanbahwa mereka sepenuhnya
terdorong oleh keinginan menghasilkan uang. Sebaliknya, prestasitampak sebagai
motivasi utama para wirausahawan; uang hanyalah cara sederhana untukmenghitung
skor pencapaian tujuan.
Karakter Lain Wirausahawan
1. Komitmen yang tinggi.
Kerja keras, dan agar sukses dalam
meluncurkan perusahaan, seorang wirausahawan harusmemiliki komitmen penuh. Para
pendiri bisnis sering kali membenamkan diri sepenuhnya dalamperusahaan mereka.
Kebanyakan wirausahawan harus melewati rintangan yang tampakmengecilkan hati
ketika meluncurkan perusahaan dan mempertahankan perkembangannya.Hal ini
memerlukan komitmen.
2. Toleransi terhadap amibiguitas.
Para wirausahawan cenderung memiliki
toleransi tinggi terhadap situasi yang selalu berubahdan ambigu, lingkungan
tempat kerja kebanyakan dari mereka. Kemampuan untuk menanganiketidakpastian
ini sangat penting sebab dengan menggunakan informasi-informasi baru
yangkadang-kadang bertentangan yang diperoleh dari berbagai sumber yang tidak
lazim.
3. Fleksibilitas.
Ciri khas wirausahawan sejati adalah
kemampuan mereka beradaptasi dengan perubahanpermintaan pelanggan dan
bisnisnya. Dalam ekonomi global yang berubah dengan cepat ini,kekakuan sering
mengakibatkan kegagalan. Dengan berubahnya masyarakat kita,orang-orangnya, dan
seleranya, para wirausahawan juga harus bersedia menyesuaikanbisnisnya untuk
memenuhi perubahan-perubahan ini. Ketika ide mereka gagal mengangkatharapan
mereka, para wirausahawan yang berhasil bisa langsung mengubahnya.
4. Keuletan.
Hambatan, rintangan, dan kekalahan
umumnya tidak menghalangi para wirausahawan yangbertekad baja menggapai visi
mereka. Dan mereka terus mencoba.
Manfaat wirausaha
Survei menunjukkan bahwa para
pemilik bisnis kecil meyakini bahwa mereka bekerja lebih keras, menghasilkan
lebih banyak uang, dan merasa lebih bahagia daripada bekerja untuk orang lain
atau perusahaan lain. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Gallup Organization
menemukan bahwa 86 persen dari pemilik bisnis kecil lebih memilih memiliki perusahaan
sendiri jika harus memulai dari nol. Sebelum mendirikan usaha bisnis apa pun,
setiap calon wirausahawan harus mempertimbangkan manfaat-manfaat dari
kepemilikan bisnis kecil.
1.
Peluang untuk Menentukan Nasib Anda Sendiri
Memiliki perusahaan sendiri
memberikan kebebasan dan peluang bagi para wirausahawan untuk mencapai apa yang
penting baginya. Para wirausahawan ingin “mencoba memenangkan” hidup mereka,
dan mereka menggunakan bisnis mereka untuk mewujudkan keinginan itu.
Seperti Dough Danforth, para
wirausahawan meraih penghargaan intrinsik dengan mengetahui faktor pendorong di
belakang bisnis mereka.
2.
Peluang untuk Melakukan Perubahan
Semakin banyak wirausahawan yang
memulai bisnis karena mereka melihat peluang untuk membuat perubahan yang
menurut mereka penting. Mungkin berupa keinginan menyediakan perumahan murah
yang layak untuk keluarga di negara yang sedang berkembang atau mendirikan
program daur ulang untuk melestarikan sumber daya bumi yang terbatas, para
usahawan kini menemukan cara untuk mengkombinasikan kepedulian sosial mereka
dengan keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.
3.
Peluang untuk Mencapai Potensi Sepenuhnya
Telalu banyak orang yang merasakan
bahwa pekerjaan mereka membosankan, tidak menantang, dan tidak menarik. Akan
tetapi hal itu tidak berlaku bagi wirausahawan ! bagi mereka tidak banyak
perbedaan antara bekerja dan bermain; keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang
dimiliki para wirausahawan merupakan alat untuk mengungkapkan dan
mengaktualisasi diri. Mereka mengetahui bahwa satu-satunya batasan terhadap
keberhasilan mereka adalah segala hal yang ditentukan oleh kreativitas,
antusiasme, dan visi mereka sendiri. Memiliki perusahaan sendiri membuat mereka
merasakan adanya pemberdayaan. Barbie Dallman memulai bisnis jasa riwayat hidup
pada umur 30 tahun, setelah meningggalkan rasa aman (dan percekcokan) yang
diberikan perusahaan tempatnya bekerja. Ia mengatakan, “Memulai perusahaan
milik saya sendiri merupakan kebangkitan spiritual. Saya menyadari apa yang
penting bagi saya- mampu mengikuti minat saya sendiri.
4.
Peluang untuk Meraih Keuntungan yang menakjubkan
Walaupun uang bukan daya dorong
utama bagi kebanyakan wirausahawan, keuntungan bisnis merupakan faktor motivasi
yang penting untuk mendirikan perusahaan. Kebanyakan wirausahawan tidak pernah
menjadi super kaya, tetapi banyak di antara mereka yang memang menjadi makmur.
Pada kenyataannya, hampir 75 persen dari mereka termasuk dalam daftar 400 orang
terkaya Amerika versi Forbes merupakan wirausahawan generasi pertama ! Menurut
penelitian Thomas Stanley dan William Danko, permilik perusahaan sendiri
mencapai dua per tiga dari jutawan Amerika. “Orang-orang yang bekerja untuk
diri sendiri memiliki peluang empat kali lebih besar untuk menjadi jutawan
daripada orang-orang yang bekerja untuk orang lain,” ujar Danko. Bisnis jutawan
biasanya bukan berupa perusahaan yang glamor dan berteknologi tinggi; sebaliknya,
malah tidak glamor – besi bekas, pengelasan, pengumpulan sampah, dan
sejenisnya.
5.
Peluang untuk Berperan dalam Masyarakat dan Mendapatkan Pengakuan atas Usaha
Anda
Pemilik bisnis kecil sering kali
merupakan warga masyarakat yang paling dihormati dan paling dipercaya.
Kesepakatan bisnis berdasarkan kepercayaan dan saling menghormati adalah ciri
perusahaan kecil. Para pemilik perusahaan kecil menyukai kepercayaan dan
pengakuan yang diterima dari pelanggan yang telah mereka layani dengan setia
selama bertahun-tahun. Studi yang dilakukan oleh National Federation of
Independent Business menemukan bahwa 78 persen orang Amerika yakin bahwa bisnis
kecil memberikan pengaruh positif terhadap arah negara, hanya satu tingkat di
bawah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Memainkan peran penting dalam sistem
usaha setempat dan mengetahui bahwa usaha mereka memiliki dampak yang
signifikanterhadap kelancaran fungsi ekonomi negara ini, merupakan bentuk
penghargaan lain bagi para manajer usaha kecil. Salah satu survey melaporkan,
bahwa 72 persen dari pemilik usaha mengatakan bahwa hal yang paling mereka
nikmati sebagai seorang pemilik usaha adalah dapat memberikan kontribusi pada
masyarakat setempat.
6.
Peluang untuk Melakukan Sesuatu yang Anda Sukai dan Bersenang-senang dalam
Mengerjakannya
Yang umumnya dirasakan oleh pemilik
perusahaan kecil adalah bahwa kegiatan kerja mereka yang sesungguhnya bukanlah
kerja. Kebanyakan wirausahawan yang berhasil masuk dalam bisnis tertentu sebab
mereka tertarik dan menyukai pekerjaan tersebut.mereka membuat hobi mereka
menjadi pekerjaaan mereka sehingga mereka senang melakukannya. Para
wirausahawan ini mengikuti nasihat Harvey Mc Kay: “Carilah pekerjaan yang Anda
sukai dan anda tidak akan pernah merasa terpaksa harus melakukannya sehari
penuh dalam hidup anda.” Yang menjadi penghargaan terbesar bagi wirausahawan
bukanlah tujuannya, melainkan perjalanannya. “memulai sebuah perusahaan
merupakan hal yang sangat sulit,” kata wirausahawan dan peneliti usaha kecil
David Birch. “ Risikonya sangat banyak; rasa khawatir sangatlah besar.
Satu-satunya bisnis yang harus anda mulai adalah bisnis di bidang yang paling
anda minati. Bila tidak, anda tidak akan tahan meneruskannya. Masukalh ke dalam
[bisnis] karena anda menggandrungi bidang itu.”
Potensi kelemahan wirausaha
1. Ketidakpastian pendapatan.
Membuka dan menjalankan perusahaan
tidak member jaminana bahwa seseorangwirausahawan akan memperoleh pendapatan
yang cukup untuk hidup. Beberapa perusahaankecil sangat sulit memperoleh
pendapatan yang cukup besar agar dapat membayarpemilik/manajernya secara layak.
Pada masa awal usahanya, pemilik sering kali kesulitanmelunasi kewajiban
keuangannya dan mungkin hidup dari tabungan.
2. Resiko kehilangan seluruh
investasi
Tingkat kehilangan bisnis kecil relative
tinggi. Menurut penilitian, 35 % dari perusahaan barugagal dalam waktu 2 tahun.
54 % tutup dalam waktu 4 tahun. Setelah 6 tahun, 64 %perusahaan baru akan
gulung tikar. Penelitian juga memperlihatkan ketika sebuah
perusahaanmenciptakan setidaknya satu pekerjaan di awal-awal tahun, kemungkinan
kegagalan setelahenam tahun merosot menjadi 35 persen. Sebelum mencapai periode
keemasan, parawirausahawan harus bertanya pada diri sendiri apakah mereka
secara psikologis mampumenghadapi konsekuensi kegagalan.
3. Kerja lama dan kerja keras.
Memulai usaha sering membuat pemilik
mengalami serangkaian mimpi buruk. Menurutpenilitan, 65 % wirausahawan
membaktikan dirinya 40 jam atau lebih dalam seminggu untukperusahaan mereka.
Dalam banyak perusahaan, 6 sampai 7 hari kerja tanpa uang lembur dihari libur
merupakan hal biasa.
4. Kualitas hidup yang rendah sampai
bisnis mapan.
Panjangnya jam kerja dan kerja keras
yang diperlukan untuk mendirikan perusahaan akanmenyita hidup wirausahawan.
Pemilik perusahaan sering menyadari bahwa peran merekasebagai suami atau istri
dan ayah atau ibu menjadi terabaikan akibat pendirian bisnis. 7 5. Tingkat
stress yang tinggi.Memulai dan mengelola perusahaan dapat menjadi pengalaman
yang sanagat berharga, tetapijuga bisa menjadi pengalaman penuh tekanan yang
tinggi. Para wirausahawan seringmenanamkan modal besar dalam perusahaannya
dengan menggadaikan segala sesuatu yangmereka miliki untuk usahanya. Kegagalan
sering berarti kehancuran keuangan, dan itumenciptakan beban mengelola
perusahannya sendiri karena mereka tidak bisa mendelegasikanwewenang dan
tanggung jawab kepada orang lain walaupun karyawan mereka mampumelakukannya.
6. Tanggung jawab penuh.
Memang menyenangkan menjadi bos,
tetapi banyak wirausahawan menyadari bahwa merekaharus mengambil keputusan
mengenai berbagai hal yang tidak mereka kuasai. Banyak pemilikperusahaan
mengalami kesulitan mendapatkan penasihat. Sebuah jajak pendapat
mengenaiperusahaan kecil nasional yang baru-baru ini dilakukan NFIB menemukan
bahwa 34 persendari pemilik perusahaan tidak memiliki seseorang yang dapat
dijadikan tempat bertangasewaktu membuat keputusan bisnis yang penting. Bila
tak ada seorang pun tempat bertanya,tekanan bisa menggunung dengan tiba-tiba.
Menyadari bahwa keputusan yang mereka ambilmerupakan penyebab keberhasilan atau
kegagalan akan mengakibatkan dampak yangmerusak pada beberapa orang. Para
pemilik perusahaan kecil dengan segera menyadaribahwa mereka sendirilah
bisnisnya.
7. Keputuasaan.
Membuka suatu usaha merupakan upaya
substansial yang memerlukan dedikasi, disiplin dankeuletan yang tinggi.
Sepanjang usahanya membangun perusahaan yang berhasil, parawirausahawan akan
selalu menghadapi berbagai macam hambatan, beberapa diantaranyatampaknya tidak
dapat diatasi. Dalam menghadapi kesulitan seperti itu, keputusasaan
dankekecewaan menjadi emosi yang biasa dirasakan. Wirausahawan yang sukses akan
menyadaribahwa setiap perusahaan mengalami hal-hal yang berat sepanjang
jalannya, dan merekamengarungi waktu-waktu sulit dengan bekerja sungguh keras dan
memiliki cadanganoptimisme yang banyak sekali.
Kekuatan usaha kecil
Dari 25 juta bisnis di Amerika
Serikat, sekitar 24,92 juta atau 99,7 persen dapat dikategorikan berukuran
“kecil”. Walaupun tak ada penjelasan umum tentang perusahaan kecil (U.S. Small
Business Administration mempunyai lebih dari 800 definisi perusahaan kecil
berdasarkan kategori industri), gambaran umum mengenai bisnis kecil (small
business) adalah perusahaan yang memperkerjakan kurang dari 100 orang. Mereka
berkembang pesat dalam semua industri, walaupun mayoritas perusahaan kecil
berkonsentrasi pada industri jasa dan ritel (lihat figur 1.6). walaupun mungkin
termasuk bisnis kecil, kontribusi mereka terhadap perekonomian tidaklah kecil.
Contohnya, perusahaan kecil memperkerjakan 51 persen dari angkatan kerja
sektor swasta Amerika Serikat, walaupun mereka memiliki kurang dari seperempat
total aset bisnis. Hampir 90 persen perusahaan kecil memperkerjakan kurang dari
20 pekerja. Karena pasa dasarnya mereka padat karya, perusahaan kecil sesungguhnya
menciptakan lebih banyak pekerjaan dibandingkan dengan yang diciptakan oleh
perusahaan besar. Kenyataannya, perusahaan kecil telah menciptakan dua pertiga
sampai tiga perempat dari pekerjaan baru dalam perekonomian AS.
David Birch, direktur utama perusahaan
riset Arc Analytics, mengatakan bahwa kendati pun demikian, kemampuan untuk
menciptakan pekerjaan tidak tersebar merata pada berbagai sektor bisnis kecil.
Penelitiannya menunjukkan bahwa hanya 3 persen dari perusahaan-perusahaan kecil
ini yang menciptakan 70 persen pekerjaan baru neto dalam perekonomian, dan
ereka melakukannya di semua sektor bisnis, bukan hanya dalam industri yang
sedang “naik daun”. Birch menamakan perusahaan-perusahaan kecil pencipta
lapangan kerja ini sebagai “kijang” (gazelles) yang tumbuh 20 persen atau lebih
per tahun dengan penjualan tahunan setidaknya sebesar $100.000 selama empat
tahun. Penelitiannya juga mengidentifikasi perusahaan tipe “tikus” yang tidak
pernah tumbuh besar dan tidak banyak menciptakan lapangan kerja. Mayoritas
perusahaan-perusahaan kecil termasuk dalam jenis “tikus”. Birch menamakan
bisnis-bisnis terbesar di negara itu sebagai “gajah” yang terus-menerus
mengurangi lapangan kerja selama beberapa tahun.
Perusahaan kecil tidak hanya
menciptakan pekerjaan, melainkan juga menanggung beratnya melatih karyawan.
Satu penelitian oleh Small Business Administration menyimpulkan bahwa
perusahaan kecil merupakan pemimpin dalam memberikan pelatihan dan peluang
kemajuan pada karyawan. Perusahaan kecil menawarkan pendidikan dan pelatihan
keterampilan yang lebih umum dibanding perusahaan besar, dan
karyawan-karyawannya menerima lebih banyak manfaat dari pelatihan tersebut
daripada karyawan di perusahaan yang lebih besar. Meskipun program pelatihan
cenderung tidak resmi, dilakukan di dalam perusahaan, dan sambil bekerja,
perusahaan kecil mengajarkan keterampilan-keterampilan yang sangat berharga,
dari cara menulis surat sampai pemakaian komputer.
Perusahaan kecil juga menyumbang 51
persen dari Produk Domestik Bruto sektor swasta negara dan mencakup 47 persen
dari penjualan bisnis. Bahkan, sektor bisnis kecil AS termasuk perekonomian
nomor tiga terbesar di dunia, hanya tertinggal oleh perekonomian AS secara
keseluruhan dan Cina! Perusahaan-perusahaan kecil merupakan inkubator bagi
berbagai ide, produk, dan jasa baru. Perusahaan kecil menciptakan inovasi 13-14
kali lebih banyak per karyawan penelitian dibandingkan dengan perusahaan besar.
Umumnya, bisnis kecil telah memainkan peran penting dalam inovasi, dan terus
hingga saat ini. Banyak penemuan baru bersumber dari wirausahawan, termasuk
ritsleting, radio FM, laser, AC, tangga berjalan, lampu pijar, komputer
pribadi, dan transmisi otomatis.
Kesalahan wirausaha
1. Ketidakmampuan manejemen
Dalam kebanyakan perusahaan kecil, manajemen
yang buruk menjadi penyebab utamakegagalan bisnis. Terkadang manajer perusahaan
kecil tidak memiliki kemampuan untukmenjalankannya dengan baik. Pemiliknya
kurang mempunyai kemampuan kepemimpinannya,pertimbangan yang baik, dan
pengetahuan yang diperlukan dengan menjalankan bisnis.Banyak manajer yang
memang tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan perusahaankecil.
2. Kurang pengalaman
Manajer-manajer perusahaan kecil
perlu memiliki pengalaman dalam bidang yang ingindimasukinya. Idealnya, calon
wirausahawan harus memiliki kemampuan teknis yang memadai(pengetahuan kerja
atas berbagai operasi fisik usaha tersebut dan kemampuan konseptualyang
memadai); kekuatan unutk memvisualisasikan, mengoordinasi, dan kemampuan
untukmengelola orang-orang di dalam perusahaannya dan memotivasi mereka untuk
mencapaikinerja pada tingkat yang lebih tinggi.
3. Pengedalian keuangan yang buruk
Manajemen yang sehat adalah kunci
keberhasilan perusahaan kecil, dan manajer yang efektifmenyadari bahwa semua
keberhasilan bisnis memerlukan kendali keuangan yang layak.Keberhasilan bisnis
juga memerlukan modal dalam jumlah yang cukup pada saat awalnya.Kekurangan
modal merupakan penyebab umum kegagalan bisnis karena perusahaankurangnya modal
sebelum mereka mampu menghasilkan arus kas yang positif. Banyak
pemilikperusahaan kecil membuat kesalahan pada awal bisnis mereka dengan hanya
bermodaldengkul, yang dapat menjadi kesalahan fatal. Wirausahawan cenderung
sangat optimis dansering salah menilai uang yang dibutuhkan untuk terjun ke dunia
bisnis. Sebagai akibatnya,mereka memulai usaha dengan modal yang terlalu
sedikit dan tampaknya permodalan yangmemadai tidak akan pernah tercapai
mengingat perusahaan mereka memerlukan semakinbanyak uang kas untuk mendanai
pertumbuhannya.
4. Lemahnya usaha pemasaran
Kadang kala wirausahawan membuat
kesalahan yang mirip dengan film klasik yang berjudul “Field of dreams”.
Walaupun ide bisa mendatangkan alur cerita film yang hebat, hal tersebuthampir
tidak pernah terjadi di dalam bisnis. Membangun basis pelanggan yang
terusberkembang memerlukan usaha pemasaran tanpa kenal lelah dan kreatif.
Mempertahankanmereka agar terus kembali diperlukan usaha, yaitu dengan
menyediakan nilai, kualitas,kenyamanan pelanggan, dan kegembiraan. Wirausahawan
kreatif menemukan cara untukmemasarkan bisnis mereka secara efektif kepada
pelanggan sasaran mereka tanpa harusmenjebol bank.
5. Kegagalan pengembangan
perencanaan strategis
Terlalu banyak manajer perusahaan
kecil mengabaikan proses perencanaan strategis, karenamereka mengira hal
tersebut hanya bermanfaat bagi perusahaan besar. Akan tetapi, gagalmerencanakan
biasanya mengakibatkan gagak bertahan hidup. Tanpa strategi yang
ditentukandengan jelas, perusahaan tidak memiliki dasar yang berkesinambungan
untuk menciptakan danmemelihara keunggulan bersaing di pasar. Membangun
perencanaan strategis memaksawirausahawan untuk menilai secara realistis
potensi bisnis yang direncanakan.
6. Pertumbuhan yang tak terkendali
Pertumbuhan merupakan sesuatu yang
alamiah, sehat dan didambakan oleh semuaperusahaan, tetapi pertumbuhan haruslah
terencana dan terkendali. Idealnya, ekspansi harusdidanai dari laba yang mereka
hasilkan atau dari tambahan modal pemiliknya, tetapi sebagianbesar perusahaan
mengambil pinjaman paling tidak sebagian dari investasi modal. Ekspansibiasanya
memerlukan perubahan besar dalam struktur organisasi, praktik-praktik bisnis
sepertiprosedur pengendalian persediaan dan pengendalian keuangan, penugasan
karyawan, danbidang-bidang kegiatan lain. Akan tetapi, perubahan terpenting terjadi
dalam kemampuanmanajerial. Dalam berkembangnya ukuran dan kompleksitas
perusahaan, masalah-masalahcenderung meningkar proporsinya, dan wirausahawan
harus belajar menangani hal ini.
7. Lokasi yang buruk
Untuk bisnis apa pun, pemilihan
lokasi yang tepat merupakan seni dan juga ilmu. Lokasiperusahaan sering kali
dipilih tanpa penelitian, pengamatan dan perencanaan sering kali dipilihtanpa
penelitian, pengamatan dan perencanaan yang layak. Beberapa pemilik bisnis
barumemilih lokasi hanya karena ada tempat kosong. Akan tetapi, masalah lokasi
terlalu riskanuntuk dilakukan secara untung-untungan.
8. Pengendalian persediaan yang
tidak tepat
Umumnya, investasi terbesar yang
dilakukan para manajer perusahaan kecil adalah dalampersediaan, namun
pengendalian persediaan adalah salah satu tanggung jawab manajerialyang paling
sering terabaikan. Tingkat persediaan yang tidak mencukupi akan
mengakibatkankekurangan dan kehabisan stok, mengakibatkan pelanggan kecewa dan
pergi. Yang seringterjadi adalah bahwa manajer tidak hanya memiliki persediaan
dalam jumlah yang berlebih,tetapi juga mempunyai terlalu banyak persediaan
dalam jumlah yang berlebih, tetapi jugamempunyai terlalu banyak persediaan yang
salah jenis. Banyak perusahaan kecil yangmenyia-nyiakan uang yang dimilikinya
untuk menimbun persediaan yang tidak bermanfaat.Harga sistem point-of-sale yang
terkomputerisasi saat ini sangat murah sehingga dapat dibelioleh perusahaan
kecil. Sistem ini dapat mencatat secara akurat barang-barang masuk dankeluar
sehingga pemilik perusahaan dapat terhindar dari masalah persediaan.
9. Penetapan harga yang tidak tepat
Menetapkan harga yang akan
menghasilkan laba bearti bahwa pemilik perusahaanmenetapkan besarnya biaya
untuk membuat, memasarkan, serta mendistribusikan produk danjasa mereka. Sering
kali, wirausahawan dengan mudah menetapkan harga berdasarkan hargayang
ditetapkan pesaingnya atau berdasarkan ide samar-samar “menjual produk terbaik
padaharga terendah”. Keduanya sangatlah berbahaya. Para pemilik bisnis biasanya
menetapkanharga terlalu rendah atas produk mereka. Tahap pertama dalam
menetapkan harga yangakurat adalah dengan mengetahui biaya pembuatan atau
penyediaan produk dan jasa.Kemudian pemilik bisnis ini dapat menetapkan harga
yang dapar mencerminkan citraperusahaan yang ingin mereka bangun dan selalu,
tentu saja, dengan memerhatikanpersaingan.
10. Ketidakmampuan membuat “transisi
kewirausahaan”
Berhasil melewati “tahap awal
kewirausahaan” tidak menjamin kesuksesan perusahaan.Setelah berdiri,
pertumbuhan biasanya memerlukan perubahan drastic gaya manajemen, satuhal yang
tidak dapat dilakukan dengan baik oleh para wirausahawan.
Kemampuan-kemampuanyang tadinya membuat wirausahawan berhasil sering kali
mengakibatkan ketidakefektifanmanajerial. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan
untuk mendelegasikan wewenang danmelepaskan kegiatan pengendalian sehari-hari.
Pertumbuhan mendorong mereka ke dalamwilayah yang tidak dikuasai oleh
kebanyakan wirausahawan, tetapi mereka lebih memilih untukterus berusaha
mengambil keputusan daripada harus melibatkan pihak lain.
Kreativitas, inovasi wirausaha
Penelitian baru-baru ini dari Small
Business Administration menemukan bahwa perusahaan kecil menghasilkan lebih
banyak inovasi yang penting secara ekonomi dan secara teknis dibandingkan
dengan perusahaan besar. Apa “rahasia” kewirausahaan dalam menciptakan pasar ?
pada kenyataanya, tidak ada “rahasia “ sama sekali: hal ini berkaitan dengan
penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan untuk
memanfaatkan peluang yang ditemui orang setiap hari. Kreativitas (creativity)
adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara
baru dalam melihat masalah dan peluang. Inovasi (innovation) adalah kemampuan
untuk menerapkan solusi kratif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan
atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang. Ted Levitt dari
Harvard mengemukakan bahwa
kreativitas adalah memikirkan hal-hal baru dan inovasi adalah mengerjakan
hal-hal baru. Singkatnya, wirausahawan sukses dengan cara memikirkan dan mangerjakan
hal-hal baru atau hal-hal dengan cara baru. Memiliki ide yang hebat tidaklah
mencukupi; mengubah ide menjadi produk, jasa, atau usaha bisnis yang berwujud
merupakan tahapan berikutnya yang esensial. Pakar manajemen Peter Drucker
mengatakan, “inovasi merupakan instrumen khusus wirausahawan, sarana yang
mereka gunakan untuk mengeksploitasi perubahan menjadi peluang untuk bisnis
atau jasa yang berbeda.”
Wirausahawan yang sukses memiliki
ide dan kemudian mencari cara agar ide tersebut sukses memecahkan masalah atau
memuaskan kebutuhan. Dalam dunia yang berubah lebih cepat daripada yang kita
bayangkan, kreativitas dan inovasi sangat penting bagi kesuksesan- dan
keberlangsungan-perusahaan. Hal tersebut berlaku untuk bisnis dalam semua
industri- dari produsen mobil sampai penanam teh-dan untuk berbagai ukuran
perusahaan. Akan tetapi kreativitas dan inovasi menjadi semacam “penentu” bagi
bisnis kewirausahaan berskala kecil. Berpikir kratif telah menjadi inti
keterampilan bisnis, dan wirausahawan menjadi pemimpin dalam usaha
mengembangkan dan menerapkan keterampilan tersebut. Pada kenyataannya,
kreativitas dan inovasi sering menjadi jantung bagi kemampuan perusahaan kecil
untuk dapat bersaing dengan pesaing mereka yang lebih besar. Walaupun mereka
tidak dapat melebihi belanja pesaing mereka yang lebih besar, perusahaan kecil
dapat menciptakan keunggulan bersaing yang kuat dan efektif terhadap perusahaan
besar secara lebih kreatif dan inovatif! Jika mereka gagal dalam melakukannya,
wirausahawan tidak dapat bertahan lama dalam bisnis. Ahli kepemimpinan, Warren
Bennis, mengatakan, “Hidup dan mati perusahaan yang sukses saat ini mengikuti
kualitas ide mereka.”
Kadang kala melakukan inovasi
berarti menciptakan sesuatu dari nol. Akan tetapi, inovasi biasanya cenderung
merupakan hasil dari usaha menggabungkan hal-hal lama dengan cara-cara baru,
atau dari mengambil sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang lebih sederhana atau
lebih baik. Sebuah eksperimen yang didesain untuk untuk meningkatkan kelekatan
selotip menghasilkan lem yang dapat melekat di semua permukaan. Walaupun
kebanyakan peneliti dapat saja menganggap eksperimen tersebut kegagalan total
dan dan membuangnya, peneliti ini mengajukan sebuah pertanyaan sederhana yang
kreatif: apa yang bisa Anda lakukan dengan lem jika Anda menyingkirkan sebagian
besar dari daya lekatnya ? Jawabannya adalah penemuan salah satu produk
peralatan kantor yang paling terkenal sepanjang masa: Post-it note dari 3M.
Kewirausahaan merupakan hasil dari
proses disiplin dan sistematis dalam menerapkan kreativitas dan inovasi
terhadap kebutuhan dan peluang dipasar. Ini termasuk menerapkan strategi
terfokus terhadap ide dan pandangan baru untuk menciptakan produk atau jasa
yang memuaskan kebutuhan pelanggan atau memecahkan masalah mereka. Wirausahawan
adalah mereka yang menghubungkan ide kreatif dengan tindakan dan struktur
bisnis tertentu. Jadi, kewirausahaan yang sukses adalah proses konstan yang
mengandalkan kreativitas, inovasi, dan penerapannya dipasar.
Inovasi harus menjadi proses yang
konstan karena kebanyakan ide tidak akan sukses dan kebanyakan inovasi akan
gagal. Namun, wirausahawan yang sukses menyadari bahwa kegagalan seing kali menemani
inovasi, dan mereka bersedia menerima kegagalan tersebut karena mereka
megetahui bahwa kegagalan semata-mata merupakan bagian dari proses
kreatif. Kewirausahaan meminta pemilik bisnis bertindak cukup berani dalam
mencoba ide baru mereka, cukup fleksibel untuk mengesampingkan ide yang tidak
sukses, dan cukup bijaksana untuk belajar mengenai apa yang akan sukses
berdasarkan observasi mereka terhadap ide yang tidak sukses.
Saat ini kreativitas tidak hanya
menjadi sumber penting untuk mengembangkan keunggulan bersaing, tetapi
kreativitas juga merupakan kebutuhan untuk berlangsungnya hidup.
Wirausahawan harus selalu waspada
terhadap asumsi & prespektif tradisional mengenai cara hal-hal yang
seharusnya berlaku, karena cara tersebut jelas-jelas mematikan kreativitas.
Kreativitas tidak akan lahir jika
adanya hambatan mental yang dibebankan pada diri sendiri dan paradigma lain
yang cenderung dibentuk orang selama beberapa tahun.
Paradigma adalah gagasan yang telah
disusun mengenai dunia ini, seperti apa seharusnya, dan cara seharusnya
beroperasi. Gagasan-gagasan ini menjadi begitu berakar dalam benak kita
sehingga menjadi rintangan yang tidak dapat disingkirkan untuk berfikir secara
kreatif—walaupun gagasan-gagasan ini mungkin bersifat kuno, using dan tidak lagi
relevan.
Selama bertahun-tahun, kearifan umum
meyakini bahwa ada orang yang kreatif imajinatif, berjiwa bebas dan berjiwa
wirausaha—dan ada yang tidak. Oleh karenanya beberapa orang dianggap berada
dalam sisi lain spectrum tersebut dan sangat dianggap beberapa irang dianggap
berada dalam sisi lain spectrum tersebut tersebut tersebut dan sangat dianggap
sebagai orang yang mengandalkan logika, berfikir sempit, serta kaku. Kini telah
ada pemahaman yang lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa siapa saja bisa
belajar untuk menjadi kreatif. Masalahnya adalah bahwa dalam kebanyakan
organisasi, orang-orang tidak pernah diajari—atau bahkan diharapkan—menjadi
kreatif. Banyak bisnis juga gagal dalam mengembangkan lingkungan yang mendorong
kreativitas di antara karyawannya. Di batasi oleh pola pikir tradisional
mereka, kebanyakan orang tidak pernah menggali kreativitas mereka, dan
perusahaannya menjadi tidak berkembang.
Wirausahawan dan orang-orang yang
bekerja tidak hanya belajar berfikir kreatif, tetapi mereka harus melakukanya
demi perusahaan mereka.
Halangan kreativitas
Roger von Oech, dalam bukunya A
Whack on the Slide of the Head, mengidentifikasikan “kunci mental” (mental
locks) yang membatasi kreativitas seseorang.
a. Mencari satu jawaban yang “tepat”
Kebanyakan sistem pendidikan yang
mendarah dagin adalah asumsi bahwa terdapat satu jawaban yang tepat untuk
masalah tertentu. Rata-rata siswa yang telah menyelesaikan empat tahun di
perguruan tinggi teah mengambil lebih dari 2.600 ujian, sehingga sindrom satu
jawaban yang tepat menjadi bagian dari cara berpikir kita. Akan tetapi, pada
kenyataannya, kebanyakan masalah bersifat ambigu. Tergantung pada
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seseorang, mungkin (biasanya memang)
terdapat beberapa jawaban yang tepat.
b. Berfokus untuk “berpikir logis”
Logika menjadi bagian penting di
dalam proses kreatif, khususnya ketika mengebaluasi ide dan melaksanakannya.
Tapi, fase imajinatif di dalam proses tersebut, pemikiran logis bisa menghambat
kreativitas. Terlalu fokus hanya kepada hal-hal yang logis akan melemahkan
penggunaan dari salah satu kreasi kuat dari otak, yaitu intuisi. Von Oech
menasehati kita agar selalu “berpikir sesuatu dengan cara yang berbeda”, serta
menggunakan cara berpikir non-logis secara bebas, khususnya ketika berada pada
fase imajinatif di dalam proses kreatif. Intuisi, yang merupakan akumulasi
pengetahuan dan pengalaman di sepanjang hidup seseorang, bisa saja dibuka.
Penggunaannya sangat penting di dalam proeses kreatif karena ia mampu membuat
kita memiliki asumsi di luar batasan yang bisa membatasi kreativitas dan
inovasi.
c. Mengikuti aturan secara membabi
buta
Saat masih mudah, kita belajar untuk
“tidak mewarnai melebihi batas garis dari suatu gambar”, dan kita menghabiskan
sisa hidup kita untuk mengikuti aturan secara buta. Biasanya, kreativitas jutru
bergantung kepada kemampuan kita untuk melakukan dobrakan terhadap aturan yang
sudah ada sehingga kita mampu melihat cara-cara baru untuk melakukan banyak
hal.
d. Terus menerus bersikap praktis
Memikirkan jawaban yang tidak bisa
dijalankan untuk pertanyaan, “Apa yang terjadi jika…” bisa menjadi batu
loncatan menuju ide-ide yang kreatif. Ketika untuk sementara memikirkan hal-hal
yang dianggap tidak bisa dilakukan terkadang memberikan kebebasan kepada pikiran
untuk memikirkan solusi yang kreatif.
e. Memandang Permainan adalah hal
yang tidak berguna
Memiliki jiwa bermain merupakan hal
mendasar untuk mendapatkan cara berpikir yang kreatif. Ada hubungan yang erat
antara “Hahaha” di dalam humor dengan “Aha..” ketika menemukan sesuatu.
Permainan memberikan kita peluang untuk menciptakan kembali realitas dan
menformulasikan kembali cara-cara yang sudah ada untuk melakukan sesuatu.
Anak-anak bisa bermain, dan begitu juga pengusaha. Lihatlah anak kecil ketika
bermain. Mereka akan memiliki permainan baru untuk benda yang sudah lama serta
mempelajari apa yang terjadi di dalam permainan mereka.
Pengusaha juga bisa mendapatkan
keuntungan dari cara bermain yang dilakukan oleh anak-anak. Mereka bisa
melakukan pendekatan baru dan menemukan apa yang terjadi dan apa yang tidak
terjadi. Kreativitas akan dihasilkan ketika pengusaha mengambil apa yang sudah
diperolehnya dari permainan, mengevaluasinya, dan mengkoordinasikannya dengan
pengetahuan lain, serta meletakkannya untuk bisa dipraktikkan. Para pekerja
yang memiliki keceriaan saat menyelesaikan permasalahan memungkinkan untuk bisa
menemukan solusi yang kreatif.
f. Terlalu terspesialisasi
Mendefinisikan masalah sebagai salah
satu dari “pemasaran” atau “produksi” atau di wilayah spesial hanya akan
membatasi kemampuan untuk bisa melihat bagaimana semua itu bisa saling
berkaitan. Para pemikir yang kreatif akan cenderung melihat ide-ide di luar
wilayah kekhususan. Ide tentang deodorant roll-on sebetulnya muncul dari
sifat pena ball point.
g. Menghindari ambiguitas
Ambigu bisa menjadi stimulus yang
kreatif dan luar biasa; ia akan mendorong kita untuk “berpikir sesuatu dengan
cara berbeda.” Setidaknya, ambigu akan membuat kita cenderung berpikir dua
langkah berbeda dalam waktu yang sama, dan ini adalah langkah menuju
kreativitas. Kondisi yang ambigu akan membuat kita berpikir lebih keras
melampaui batasan normal dan memikirkan pilihan-pilihan ambigu pada waktu yang
bersamaan. Walaupun ambigu bukanlah elemen yang diinginkan ketika pengusaha
sedang mengevaluasi dan mengimplementasikan ide, tapi ia bisa menjadi alat yang
berharga ketika pengusaha sedang mencari ide-ide dan solusi-solusi yang
kreatif. Pengusaha biasanya menanyakan sebuah pertanyaan lalu mendapatkan
sebuah jawaban untuk kemudian mencari jawaban-jawaban lain yang memungkinkan.
Hasilnya, mereka akan selalu menemukan peluang bisnis dengan menciptakan
situasi-situasi yang ambigu.
h. Takut terlihat tolol
Berpikir kreatif tidak memiliki
tempat untuk melakukan penyesuaian. Ide-ide yang baru jarang muncul dari
kondisi lingkungan yang sesuai. Masyarakat cenderung menyesuaikan diri karena
mereka tidak ingin terlihat bodoh. Perbuatan bodoh adalah perbuatan yang
mendobrak kebiasan dan aturan lama. Pengusaha adalah orang yang “bodoh” karena
mereka seringkali mempertanyakan dan menantang cara-cara lama untuk menjalankan
sesuatu. Menurut Schumpeter, “fungsi dari pengusaha adalah melakukan reformasi
atau revolusi terhadap pola produksi dengan cara melakukan teknologi yang
kemungkinan belum dicoba untuk menghasilkan komoditas baru dan memproduksi yang
lama dengan cara yang baru, dengan cara membuka suplai materi yang baru untuk
produknya. Pendeknya, pengusaha akan melihat cara lama dan bertanya, “Apakah
ada cara yang lebih baik lagi?”. Ia akan mendobrak cara lama, dan menciptakan
cara baru.
i. Takut salah dan gagal
Mereka yang kreatif pasti menyadari
bahwa mencoba sesuatu yang baru pasti akan menemukan kegagalan; tapi mereka
tidak menganggap kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Ia merupakan gambaran
dari pengalaman pembelajaran tentang jalan menuju kesuksesan. Kegagalan adalah
tanda bagi pengusaha untuk merubah arah tindakannya. Entrepreneurship adalah
tentang peluang untuk gagal. Banyak pengusaha yang gagal berkali-kali sebelum akhirnya
mereka mendapatkan kesuksesan. Hal itu karena mereka tidak takut salah dan
tidak takut gagal. Kuncinya adalah mereka melihat kegagalan sebagai suatu
peluang untuk belajar bagaimana agar bisa sukses. Pengusaha uang menerima
kegagalan dan belajar dari kegagalan akan muncul sebagai orang sukses dari apa
yang sudah dia coba. Pengusaha sukses akan menyamakan kegagalan sebagai inovasi
bukan kekalahan.
j. Percaya bahwa “saya tidak
kreatif”
Sebagian orang membatasi diri mereka
sendiri karena mereka percaya bahwa kreativitas itu hanya dimiliki oleh
Einstein, Beethovens, dan Da Vinci. Sayangnya, kepercayaan semacam ini menjadi
hal yang sudah tertanam kuat di dalam diri. Mereka yang percaya bahwa dirinya
tidak kreatif pasti akan berperilaku dengan menggunakan cara dimana dia akan
mengarah kepada kondisi dirinya yang tidak kreatif. Sedangkan mereka yang
menganggap dirinya jenius, bervisi, dan pembaharu, biasanya tidaklah lebih
pintar atau lebih kreatif dibanding orang rata-rata; tapi mereka selalu belajar
bagaimana caranya berpikir secara kreatif sehingga dengan ketekunannya ia pun akhirnya
mendapatkan kesuksesan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Banyak Negara di seluruh dunia
mengalami pertumbuhan dalam sektor bisnis kecil, termasuk Indonesia., hal inilah
yang membuat kewirausahaan berkembang pesat. Wirausahawan memiliki beberapa
ciri umum, didorong oleh ciri-ciri inilah, wirausahawan mendirikan dan
mengelola perusahaan kecil untuk dapat mengendalikan kehidupa mereka sendiri,
membuat dunia menjadi berbeda, memeroleh kepuasan diri, meraih laba yang tak
terbatas, berperan dalam masyarakat, dan melakukan hal-hal yang mereka sukai.
Wirausahawan juga menghadapi
kelemahan tertentu, termasuk ketidakpastian pendapatan, risiko kehilangan
investasinya, kerja keras dan jam kerja panjang, kualitas hidup yang lebih
rendah sebelum bisnis mapan, tingkat stress tinggi, dan bertanggung jawab
sepenuhnya dalam pengambilan keputusan. Para wirausahawan menyadari bahwa
kegagalan adalah bagian alami dari proses kreatif, oleh karena itu wirausahawan
dapat menggunakan beberapa taktik umum untuk menghidari kegagalan.
Kreativitas bila disatukan dengan
inovasi maka akan menghasilkan peluang untuk mengembangkan bisnis. Saat ini
kreativitas tidak hanya menjadi sumber penting untuk mengembangkan keunggulan
bersaing, tetapi kreativitas juga merupakan kebutuhan untuk berlangsungnya
hidup. Kreativitas tidak akan lahir jika adanya hambatan mental yang dibebankan
pada diri sendiri dan paradigma lain yang cenderung dibentuk orang selama
beberapa tahun. Kreativitas harus disertai dengan inovasi karena tanpa adanya
inovasi atau salah satu diantara keduanya hilang maka tidak akan bisa
menghasilkan peluang secara maksimal.
Saran
Setiap wirausahawan harus selalu
waspada, selain itu wirausahawan harus memiliki sikap pantang menyerah, terus
mencoba sesuatu yang baru, berani mengambil resiko, berfikir diluar nalar atau
logika, jujur dalam berbisnis, serius tapi santai, ramah pada setiap konsumen
karena semua itu merupakan modal utama kesuksesan seorang wirausahawan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous
(2008). Proses Kewirausahaan. Dari http://Proses
Kewirausahaan « Catatan Online ghaNOZ 2480.htm, 19 September 2013
Anonimous
(2009). Sembilan Bekal Untuk Menjadi Pengusaha. Dari http://bisnisukm.com/category/tips-motivasi-bisnis, 19 September 2013
Superadmin
(2008). Definisi Wirausaha (Entrepreneurship). http://www.pengusahamuslim.com/kewirausahaan/entrepreneurship/23-definisi-wirausaha-entrepreneurship.html, 219 September 2013
Taro (2008).
Cara Menjadi Pengusaha. Dari http//hipmi. org/blog/ ?p=30 http://hipmi. org/blog/?p=30, 19 September 2013
Scarborough,
Norman & Zimmerer, Thomas W. (2002), Effective Small Business
Management: An Entrepreneurial Approach, New Jersey: Prentice Hall